Sebelumnya saya minta maaf untuk bagian ini, ini saya rekap dari data di media online dan informasi yang saya dapat dari cerita orang-orang tua.
Pulau pisang dikenal sebagai salah satu daerah yang nuansa adat istiadatnya masih kental, meskipun kini tidak seramai dulu namun adat istiadat itu masih terasa kental dan tetap dipertahankan oleh penerus penerusnya, terutama disaat upacara pemberian adok. oh iya, pulau pisang termasuk ke dalam lampung sai batin ya. yuk lanjut,
Adok
(adoq) adalah sebutan untuk gelar kebangsawanan yang ada di Lampung.
Atau dengan bahasa sederhana, darah biru nya orang Lampung (baik pada Jurai
sebatin / pesisir atau pepadun /peminggir).
Berbeda dengan Jurai pepadun (dialek nyo), pada Jurai sebatin
(dialek api) pemberian adok didasarkan pada Clan atau mengikuti garis
keturunan sang Ayah.
Dalam masyarakat Lampung, seorang penyandang adok disebut
penyimbang. Penyimbang atau tetua adat di jurai sebatin membawahi
beberapa penyimbang dibawahnya atau biasa juga disebut jakhu suku. Jakhu
suku inilah yang membawahi langsung masyarakat umum yang disebut Makhga
(marga) atau Kebuayan
Kemudian masyarakat umum atau masyarakat tanpa adok yang disebut makhga atau kebuayan.
Adok tidak bisa dibeli atau di perjual belikan, Karena didasarkan pada garis keturunan, seseorang yang bergelar pangikhan (suntan) atau dalom, akan di gantikan oleh keturunan nya. (anak tertua laki-laki) sebagai penyimbang berikut nya. dan begitu seterusnya. Jadi pemberian gelar atau adok ini bukan dilihat dari tingkatan sosial, ekonomi, penampilan atau kekuasaan dan jabatan seseorang. Inilah, kenapa menurut saya Adok atau Gelar di Lampung adalah Agung dan Sakral.
Adok Harus Tetap Dijaga Keluhurannya Dan Diberikan Pada Keturunannya Yang Berhak Menerimanya.
Adok bukan hanya gelar tetapi, adok menandakan adanya ikatan kekerabatan / keluargaan, jauh dekatnya kekerabatan itu bisa dinilai dari garis keturunannya. Maka dari sebab itu gelar adok sakral bagi orang lampung.
Apalah arti sebuah piagam penyimbang tersematkan, namun hanya menjadi hiasan dinding di ruang makan, tanpa makna..
Orang-orang diluar Lampung mungkin akan maklum ketika seseorang mendapatkan sebuah gelar, Dalam benak mereka, seorang Raja bisa saja memberikan gelar kepada figur yang di anggap berjasa dalam karya-karya nya demi kemajuan marga atau masyarakat. Tapi di Lampung tidaklah sama. Pada hirarki lampung, suntan (pangikhan) atau dalom adalah penyimbang tertinggi. Bukan Raja, seperti di daerah lain.
Ketika ini menjadi sebuah 'pemakluman' oleh orang-orang diluar Lampung, maka menurut saya, inilah yg akan mengecilkan arti, keagungan, dan kesakralan budaya Lampung itu sendiri.
Sampai disini dulu untuk tulisan Pulau Pisang, Pesisir Barat Lampung bagian 3 : Adat istiadat yang kental, sembari mencari informasi lainnya, kalo dapat informasi terbaru saya akan update dibagian ini. Tulisan ini ditunjukkan kepada seluruh masyarakat lampung, bahwa ADOK tidak bisa diperjual belikan dan hanya bisa diberi kepada garis keturunan yang berhak menerimanya.
Sumber : info1
0 comments:
Post a Comment